Roda selalu berputar, apabila dahulu
kabupaten Gunungkidul hanya dikenal karena tanahnya yang gersang dan juga
susahnya mendapatkan air, maka sekarang hal itu tak lagi terdengar
beritanya. Karena saat ini Gunung Kidul adalah bagian timur dan tenggara
dari wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki kekayaan alam
luar biasa, banyaknya masyarakat yang telah menuntut ilmu menggunakan daya
serta upayanya guna memberdayakan keadaan alam dan perbukitan sekitar, baik
dalam bidang ekonomi, sosial juga budaya. Salah satunya adalah dengan
memberdayakan alam sebagai tempat wisata, baik itu yang berujud bukit pun pegunungan, serta laut, pantai dan peninggalan goanya.
Dan gunung api purba Nglanggeran adalah salah satu hasilnya. Nglanggeran adalah tempat wisata di
Gunungkidul yang jaraknya dari pusat kota Yogyakarta tak terlalu jauh, yaitu di
seputar Ngoro-oro, Kalisong, Patuk, Gunungkidul.
Roda selalu berputar, apabila dahulu kabupaten Gunungkidul hanya dikenal karena tanahnya yang gersang dan juga susahnya mendapatkan air, maka sekarang hal itu tak lagi terdengar beritanya. Karena saat ini Gunung Kidul adalah bagian timur dan tenggara dari wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki kekayaan alam luar biasa, banyaknya masyarakat yang telah menuntut ilmu menggunakan daya serta upayanya guna memberdayakan keadaan alam dan perbukitan sekitar, baik dalam bidang ekonomi, sosial juga budaya. Salah satunya adalah dengan memberdayakan alam sebagai tempat wisata, baik itu yang berujud bukit pun pegunungan, serta laut, pantai dan peninggalan goanya. Dan gunung api purba Nglanggeran adalah salah satu hasilnya. Nglanggeran adalah tempat wisata di Gunungkidul yang jaraknya dari pusat kota Yogyakarta tak terlalu jauh, yaitu di seputar Ngoro-oro, Kalisong, Patuk, Gunungkidul.
Perjalanan Menuju Gunung Api Nglanggeran
Nglanggeran merupakan bukit bebatuan yang
ditengarai sebagai gunung api purba. Miliki ketinggian antara 200 sampai dengan
700m dpl, dengan suhu udara rata-rata 23˚ C – 27˚
C. Antara pusat kota Gunungkidul (Wonosari -red) dan juga pusat kota
Yogyakarta, boleh dikatakan Nglanggeran ada di tengah-tengahnya, yaitu
sama-sama memiliki jarak tempuh kurang-lebih 25 km. Apabila
hendak bertandang ke Nglanggeran, dari arah Wonosari kita bisa melewati
Bunderan Sambipitu, lalu belok kanan mengarah ke dusun Bobung/kerajinan Topeng,
dan tak lama kemudian bisa mencapai Desa
Nglanggeran. Namun apabila dari kota
Jogjakarta, rute yang harus ditempuh adalah Jalan Wonosari – Piyungan – naik
ke bukit Bintang Patuk –
sesampainya di perempatan Patuk (Radio GCD FM) pilih jalan yang belok
kiri. Dari perempatan Patuk ini tinggal menempuh jarak
kira-kira 7 KM, maka kita akan tiba di kawasan gunung api Purba, yaitu tak jauh
dari lokasi stasiun-stasiun Transmisi. Untuk menuju kawasan ekowisata gunung Api
Purba Nglanggeran, baik dari arah kota Yogyakarta maupun dari arah Wonosari,
disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan sendiri.
Disamping lebih hemat uang juga bisa lebih bisa mengatur
waktu. Namun sekiranya hendak
mengandalkan kendaraan umum, dari Wonosari naik saja kendaraan yang memiliki
trayek ke kota Yogyakarta, sedangkan dari kota Jogja pilih saja bus
jurusan Gunungkidul yang melewati bukit Patuk. Turun di
perempatan Patuk, dan cari kendaraan (ojeg) yang menuju ke daerah Ngoro-oro
& Nglanggeran.
Bisa Mendirikan Tenda dan Tersedia Homestay
Menjelang sampai di area gunung api
Nglanggeran, kita sudah bisa menyaksikan gagahnya bebatuan yang menjulang
tinggi, dan tak lama kemudian setibanya di pintu depan kita juga akan melihat
sebuah pendopo. Ada petugas jaga yang bisa kita minta
informasi, pengalaman selama ini para petugasnya cukup helpfull & informatif. Selain bisa mengadakan acara pada malam hari
dan lalu juga mendirikan tenda, tak jauh dari pendapa ada pula rumah-rumah
penduduk yang sebagian diantaranya juga disewakan bagi pengunjung
Nglanggeran. Jika melihat alamnya, nuansa
yang tercipta dari rumah yang disewakan itu tentu saja adalah suasana pedesaan
yang tak bisa dibandingkan dengan hotel berbintang di kota-kota besar.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan,
ekowisata Gunung Api Nglangeran adalah kawasan wisata alam yang secara litologi disusun
oleh material vulkanik tua dan bentang alam yang memiliki keindahan. Sedangkan
dari segi ilmu geologi , kawasan ini memiliki keunikan tersendiri sebab
memiliki nilai ilmiah tinggi. Oleh karenanya, dari banyaknya
referensi yang ada, banyak peneliti menyepakati bahwa Gunung Nglanggeran
merupakan gunung berapi Purba. Wujud bongkahan batu
yang menjulang tinggi diperkirakan pada 60 juta tahun lampau merupakan gunung
berapi aktif. Masyarakat seputar Nglanggeran juga masih
selalu menjalankan ritual rutin tahunan, yaitu setiap bulan Haji (bulan Dulhijah a.k.a wulan besar -red).Upacara ritual tiap tahun itu dikenal dengan tradisi rasulan, yang prosesinya
juga mengadakan acara semacam ‘kirab budaya.’Seluruh
warga berpartisipasi antara lain dengan cara menghadirkan kelompoknya untuk
membuat gunungan berupa hasil pertaniannya lalu diarak menuju ke sumber air Kalisong
(Pangkal Gunung Api Purba). Sesampainya di sumber air Kalisong,
banyak kelompok masyarakat berkumpul dan kemudian menjalankan ritual yang
intinya sebagai wujud rasa syukur, oleh karenanya dilakukan pula upacara do’a
bersama. Selepas ritual rasulan usai, dipentaskan pula
berbagai macam kesenian yang disuguhkan oleh masing-masing kelompok
masyarakat. Ritual kirab
dan gelar kesenian ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu Legi atau hari Senin
Legi .
Berdiri di atas pendopo Kalisong adalah
bebatuan yang tinggi menjulang ke langit, ialah yang disebut sebagai gunung api
purba Nglanggeran. Hasrat menyusuri dan mendaki
bebatuan, menginjak tanah liat, dan merangkak pada tanah karang yang penuh liku
sungguh menjadi tantangan namun menghibur hati. Jiwa-jiwa
petualang tentulah merasa terpanggil untuk
menelusurinya. Ada banyak pemandangan yang bisa
dijumpai, entah tumbuhan dan pepohonan yang terlihat kasat mata, jenis bebatuan
pun karang yang sangat memesona, ataupun keindahan alam yang memberikan
kesejukannya. Memang ada rasa lelah dalam perjalanan
mendaki, apalagi kalau mengetahui medan yang harus ditempuh yang wajib
menyediakan fisik prima, namun semua itu akan bisa terobati saat kita telah
sampai di ketinggian gunung api purba. Dari puncaknya kita akan bisa menikmati
keindahan alam sekitar, termasuk lamat-lamat
bisa pula melihat deburan ombak laut selatan (samudera Hindia) dikejauhan.
Selain itu ada pula beberapa keunikan yang bisa ditemui.
Nglanggeran memiliki asal kata
“Planggaran” yang berarti setiap ada perilaku jahat pasti tertangkap dan
ketahuan. Selain itu, ada pula yang menuturkan bahwa Nglanggeran berasal
dari kata Langgeng, yang memiliki definisi menjadi desa yang aman, nyaman dan
tentram. Gunung yang ada di Kalisong ini memnag lebih dikenal dengan nama Gunung
Nglanggeran, akan tetapi ada sebagian pula yang menjulukinya sebagai ‘gunung wayang’ alasannya karena
gunung yang tersusun dari bebatuan ini ada yang menyerupai tokoh pewayangan,
ditambah lagi ada kepercayaan adat Jawa yang menyatakan bahwa Gunung
Nglanggeran juga dijaga oleh Kyi Ongko Wijoyo dan anggota Punokawan, yaitu Kyai
Semar, Kyai Nolo Gareng, Kyai Petruk, dan Kyai Bagong.
§ Pohon Termas
Termas adalah jenis tanaman obat yang telah
lama ditemukan oleh nenek moyang masyarakat sekitar Gunung Nglanggeran, yaitu
dilokasi lereng Gunung Nglanggeran tepatnya berada di sebelah timur Sumber
Kalisong. Berjarak kurang lebih 100 meter dari Sumber kalisong, pohon Termas
hidup menempel di lereng-lereng Gunung Nglanggeran. Dan telah lama dipeercaya pula bahwa pohon termas ini memiliki khasiat
menyembuhkan segala penyakit. Hanya saja tak sembarang orang
bisa mengambil dan memanfaatkan getah dari tanaman berbentuk menjalar ini,
kecuali sang juru kunci.
§ Tujuh Kepala keluarga
Berada di puncak Gunung Nglanggeran tersedia
hal unik yang jarang bisa dijumpai pada tempat lain, dan sampai saat ini
keunikan itu tetap masih terjaga. Ialah satu area yang hanya boleh dihuni oleh
7 kepala keluarga saja. Sesuai sesepuh pepunden
dusun Tlogo, ada salah satu lokasi di Nglanggeran yang hanya boleh dihuni oleh
Mpu Pitu (kelompok 7 kepala keluarga), maka tradisi dan kepercayaan ini tetap
dipatuhi dan dijaga secara turun temurun , karenanya ketika ada anggota
keluarga baru yang telah menikah harus ada yang rela meninggalkan lokasi
tersebut.
§ Arca Tanpa Kepala
Di sekitar Tlogo Mardidho, satu lokasi di
gunung api purba Nglanggeran, terdapat arca tanpa kepala yang tubuhnya sampai
saat ini masih tetap disimpan. Menurut cerita, pada masa lampau arca tersebut merupakan bentuk satu
kesatuan utuh. Namun ketika arca tersebut dijauhi menyajikan senyuman, padahal
ketika didekati kembali arca tersebut tetap mewujud sebagai arca biasa. Karena
perilaku itulah maka Kyai Tir menjadi marah dan lalu menendangnya hingga
terpisah antara kepala dan
tubuhnya. Selanjutnya tubuh arca itu dibuang ke sebuah Song yang di kemudian hari Song
tersebut bernama Song Putri. Sementara selang
bertahun lamanya kepala arca ditemukan kembali oleh salah satu warga
Nglanggeran yang bernama Kyai Kromo Suwito (Paimin), yaitu pada sekitar tahun
1961 dipekarangannya. Wujud kepala arca menyerupai Ken Dedes dengan kepala
perunggu dan bibir berlapis emas. Saat ini kepala arca disimpan di
Museum Sono Budoyo Yogyakarta sedangkan tubuhnya masih tersimpan di Kalisong
Gunung Api Purba Nglanggeran.
§ Cerita Rakyat
Warga desa sekitar Gunung Nglanggeran banyak
memiliki cerita rakyat dan juga cerita mitos yang masih diceritakan secara
turun temurun, diantaranya adalah cerita mitos tentang tlogo wungu. Penduduk
sekitar Nglanggeran meyakini bahwa Tlogo Wungu merupakan tempat pemandian para
bidadari. Namun tak semua orang bisa melihat keberadaan tlogo gaib ini, hanya
saja terdapat sebuah sumber bernama “sumber comberan” yang diyaqini menjadi
muara mengalirnya air tlogo wungu.
§ Pantangan Kebudayaan
1. Tatkala ada perhelatan kesenian Wayang Kulit,
posisi duduknya sang dalang dilarang membelakangi Gunung Nglanggeran.
2.
Laon dalam cerita wayang tidak boleh
yang bersangkutan dengan Ongko Wijaya yang disakiti.
3. Dialarang menggelar pertunjukan wayang kulit di zona bagian Utara
Gunung Nglanggeran.
Masyarakat memercayai bahwa penguasa desa
Nglanggeran, Kyai SOYONO, memilikiklangenan (binatang
kesayangan) berujud Macan Putih. Macan Putih ini dipercaya mampu menjaga
dan mengamankan Nglanggeran dari berbagai macam kejahatan. Kepercayaan ini
menguat setelah beberapa kali dibuktikan ikhwal selalu tertangkapnya orang yang
bertindak jahat. Demikian mengenai ekowisata gunung api purba Nglanggeran, tempat yang
bisa dinikmati dalam segala suasana, dimana golden moment tetap bisa ditemukan
dalam waktu apa saja, baik pada masa tenggelamnya matahari (sunset), terbit matahari (sunres), ataupun pada tengah malam
kala bintang dan bulan berhamburan di langit. Bahkan dikejauhan juga nampak
indahnya Gunung Merapi, sementara tak jauh dari gunung api purba tersebut
terdapat pula tempat wisata indah yang juga bisa dinikmati, yaitu Embung
Nglanggeran. Apabila berkeinginan mengunjungi tempat wisata ini, selain disarankan untuk
menyiapkan tenaga, juga akan lebih nyaman apabila melengkapi perjalanan dengan
menambahkan alat secukupnya, seperti lampu penerang (senter) dan juga
sepatu pun sandal yang mendukung dalam pendakian
BalasHapusizin share ya admin :)
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Line : agen365
WA : +855 87781483 :)
Silakan di add ya contaknya dan Bergabung juga ya :)