TINJAUAN
Alor memiliki nama yang pendek hanya empat huruf tetapi keindahan di
darat dan di bawah lautnya sangatlah panjang bahkan tak cukup satu minggu untuk
menggapainya. Alor begitu penuh kejutan sekaligus mengagumkan mulai dari taman
bawah laut, budaya moko, suku tradisional di pegunungan, hingga Al-Quran tertua
di Asia Tenggara. Apakah ini tempat wisata bahari idaman selain Raja Ampat? Alor dikenali sebagai Pulau 1.000 moko,
berlokasi di bagian timur Flores,
Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Sebuah tempat dengan kekayaan bawah laut yang
mengagumkan meski belum tersohor seperti Raja Ampat
atau Taman Nasional
Komodo. Akan tetapi, para penyelam yang pernah
menjajalnya menceritakan dari mulut ke mulut bahwa keindahan Alor tak kalah
bahkan bila dibandingkan dengan Kepulauan Karibia yang tersohor itu dan bisa
jadi lebih megah. Alor menyimpan daya tarik alam, budaya, dan
sejarah yang diminati para petualang, peneliti, dan tentunya wisatawan. Meski akses
masih terbatas (umumnya dari Kota Kupang dengan pesawat atau kapal laut) tetapi
itu tidak menyurutkan minat untuk menjelajahi keistimewaan dan keindahannya.
Salah satu keunikan pulau ini adalah ditemukannya banyak moko, padahal di Alor
sejak awal masyarakatnya memang tidak pernah memproduksi moko karena merupakan
budaya Dongson di Vietnam Utara. Anda dapat mengunjungi Museum 1000 Moko untuk
melihat lansung kekayaan budaya Alor, termasuk juga tenunan indah dengan
beragam warna dan corak.
Tenunan khas Alor (kawate) bahkan sudah melanglangbuana hingga ke Jepang. Di bawah laut sekitar Alor setidaknya ada lebih dari 50 titik menyelam yang tersebar hingga Pulau Pantar. Lokasi menyelam di Alor telah dikunjungi oleh banyak penyelam dari berbagai negara, seperti Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara di Asia. Dari sekian banyak titik meyelam, 20 di antaranya berkualitas prima dan termasuk terbaik di dunia. Karl Muller dalam bukunya “East of Bali”, menyebutkan bahwa Alor memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, dan terdapat titik-titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari. Ia menyebut Alor sebagai taman laut kelas dunia. Di daratan Pulau Alor berdiam beberapa suku tradisional Flores dengan adat-istidat yang tidak banyak berubah sejak zaman batu, bahkan salah satunya masih menyimpan tradisi membuat pakaian dari kulit pohon (pakaian ka). Kemegahan budaya Alor dapat Anda jumpai pada suku Takpala yang tinggal di Desa Lembur Barat, Alor Tengah Utara. Suku adat ini masih memegang teguh tradisi dengan mempertahankan rangkaian bangunan adat berbentuk limas beratap daun kelapa, ditopang empat pilar dalam bingkai pohon asam dan berdinding anyaman bambu. Desa ini didiami suku Abui sebagai suku terbesar di Alor dengan dua rumah adat sebagai simbol utama dan 13 rumah gudang (lumbung pangan). Salah satu kekayaan budaya di Nusa Tenggara atau Sunda Kecil adalah wilayah ini memiliki banyak sekali bahasa daerah (baca: bahasa suku). Di Pulau Alor ada puluhan bahasa dari suku yang mendiami kampung-kampungnya. Banyaknya bahasa di Alor telah ditelaah oleh peneliti bahasa mancanegara sejak tahun 1930-an
Tenunan khas Alor (kawate) bahkan sudah melanglangbuana hingga ke Jepang. Di bawah laut sekitar Alor setidaknya ada lebih dari 50 titik menyelam yang tersebar hingga Pulau Pantar. Lokasi menyelam di Alor telah dikunjungi oleh banyak penyelam dari berbagai negara, seperti Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara di Asia. Dari sekian banyak titik meyelam, 20 di antaranya berkualitas prima dan termasuk terbaik di dunia. Karl Muller dalam bukunya “East of Bali”, menyebutkan bahwa Alor memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, dan terdapat titik-titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari. Ia menyebut Alor sebagai taman laut kelas dunia. Di daratan Pulau Alor berdiam beberapa suku tradisional Flores dengan adat-istidat yang tidak banyak berubah sejak zaman batu, bahkan salah satunya masih menyimpan tradisi membuat pakaian dari kulit pohon (pakaian ka). Kemegahan budaya Alor dapat Anda jumpai pada suku Takpala yang tinggal di Desa Lembur Barat, Alor Tengah Utara. Suku adat ini masih memegang teguh tradisi dengan mempertahankan rangkaian bangunan adat berbentuk limas beratap daun kelapa, ditopang empat pilar dalam bingkai pohon asam dan berdinding anyaman bambu. Desa ini didiami suku Abui sebagai suku terbesar di Alor dengan dua rumah adat sebagai simbol utama dan 13 rumah gudang (lumbung pangan). Salah satu kekayaan budaya di Nusa Tenggara atau Sunda Kecil adalah wilayah ini memiliki banyak sekali bahasa daerah (baca: bahasa suku). Di Pulau Alor ada puluhan bahasa dari suku yang mendiami kampung-kampungnya. Banyaknya bahasa di Alor telah ditelaah oleh peneliti bahasa mancanegara sejak tahun 1930-an
Di pesisir pantai Alor, ada sebuah desa yang
menyimpan Al-Quran tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Al-Quran
tersebut terbuat dari kulit kayu dan pewarna alam dengan usia diperkirakan
lebih dari 800 tahun. Al-Quran tua ini pernah sekali keluar dari Alor pada
April 2011 untuk dipamerkan dalam Festival Legu Gam, Ternate, melalui
Kesultanan Ternate. Luas Pulau Alor adalah 2.119,7 km² dengan
jumlah penduduk sekira 181.913 jiwa (2010). Kabupaten Alor sendiri merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri dari 20 pulau dalam 17 kecamatan. Ada 9 pulau
yang telah dihuni, yaitu: Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura, Pulau Tereweng,
Pulau Ternate, Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge, dan Pulau Kura. 11 pulau
lainnya tidak berpenghuni, masing-masing Pulau Sikka, Pulau Kapas, Pulau
Batang, Pulau Lapang, Pulau Rusa, Pulau Kambing, Pulau Watu Manu, Batu Bawa,
Pulau Batu Ille, Pulau Ikan Ruing dan Pulau Nubu. Alor termasuk salah satu dari 92 pulau
terluar di Indonesia karena berbatasan dengan Timor Leste dan Selat Ombay di
sebelah selatan. Alor adalah kepulauan yang dilintasi jalur pelayaran dagang
internasional ke Samudera Pasifik. Di bagian Utara Alor berbatasan dengan Laut
Flores, di bagian Barat dengan Selat Lomblen dan Kabupaten Lembata, serta di
bagian Timur dengan kepulauan Maluku Tenggara Barat. Wilayah Pulau Alor mempunyai ketinggian
rata-rata sekira 6 hingga 1700 meter di atas permukaan laut dengan iklim
semiarid, yaitu terjadi pergantian musim yang periodenya tidak seimbang. Setiap
tahun musim hujannya singkat selama 3–5 bulan dan musim kemaraunya panjang 7-8
bulan. Sungai-sungai di Pulau Alor terbilang pendek dan sempit serta mengalir ke
arah utara dan selatan lalu bermuara di Laut Flores, Selat Ombai dan Teluk
Kalabahi. Saat ini Kabupaten Alor terdiri dari 17
kecamatan dengan kondisi daratan yang berbukit dan bergunung sehingga memberi
variasi iklim yang berbeda tetapi bermanfaat untuk beragam tanaman produksi.
Beberapa tanaman yang dibudidayakan adalah: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kelapa, kopi, jambu mente, cengkeh,
kemiri, pinang, vanili, kakao, pala, dan lada. Keindahan alam dan keramahan masyarakat di
pulau ini seakan menyatu dan membingkiskan pengalaman yang berkesan. Kadang
dalam kesederhanaan dapat Anda termukan kedekatan hati dan kesan yang mendalam.
Berkunjung ke Alor akan memberi Anda pengalaman menikmati alam yang indah dan sentuhan
interaksi masyarakatnya yang ramah. Hal itu seperti banyak disebut orang-orang
bahwa kepanjangan Alor adalah: Alam
Lestari dan Orang Ramah.
BERKELILING
Untuk berkeliling di Alor maka pilihan
terbaik adalah menyewa kendaraan yang dapat disediakan melalui perantara
penginapan atau hotel tempat Anda tinggal. Dari sana juga dapat Anda minta
bantuan pemandu untuk mengantar dan menjelaskan banyak lokasi menarik di Pulau
Alor. Apabila Anda memilih menggunakan kendaraan
umum maka bemo atau angkutan umum kota yang berwarna merah dan angkutan
umum desa yang berwarna biru dapat dimanfaatkan. Ada pilihan lain yaitu berupa
bus atau ojek. Angkutan umum di Alor dihiasi banyak stiker dan jangan kaget
saat melaju akan diiringi suara musik yang keras untuk menarik perhatian calon
penumpang. Meski demikian tempat duduk dan suasana di dalam kendaraan ini cukup
nyaman. Dalam waktu tidak lama Anda dapat bercengkrama dengan orang di dalamnya
itu karena masyarakat Alor terkenal ramah dan mudah tersenyum. Mereka juga
dengan senang hati dapat memberi Anda penjelasan atau bantuan arah dan tempat
yang ingin Anda tuju saat berkeliling.
KEGIATAN
Di Alor dapat Anda temukan
perpaduan ekstrem antara daerah pesisir dan pegunungan terjal yang dihuni
masyarakat berbeda karakter tetapi memiliki persamaan yaitu mereka begitu
bersahaja dan ramah. Pulau Alor adalah pilihan sempurna bagi Anda
yang ingin mencari alternatif tempat menyelam selain Raja Ampat atau Pulau
Komodo. Airnya yang jernih memungkinkan Anda melihat terumbu karang yang cantik
dan kekayaan biota laut dari jarak pandang 40 meter. Anda dapat menemukan
berbagai macam biota laut seperti paus, hiu, pari hingga mola-mola, mantis, dan
tentunya juga ada ikan lucu napoleon. Di Pulau Alor bahkan masih ada beragam biota
laut langka yang belum diberi nama. Semuanya begitu memesona. Para penyelam
menamakan titik-titik diving tersebut sebagai Baruna’s Dive Sites at Alor, lokasinya terbentang mulai dari Alor
Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, Pulau
Pantar, dan Pulau Pura. Beberapa titik meyelam yang terkenal di Alor telah
dinamai, yaitu: Baruna’s Point,
Never-Never wall, Cave Point, Barrel Sponge Wall, Mola-Mola Point, Night
Snacks, Alor Expree, Rocky Point, Three Coconuts, Moving Pictures, Eagle Ray
Point, Rahim’s Point, Tuna Channel, Anemone Country, Sharks Reeway, Octopus
Garden, Captain’s Choice, The Refrigerator, Half Moon Bay, Peter’s Prize,
Crocodile Rook, The Edge, Coral Clitts, Baeylon, The Arch, Fallt Line,
The Pacth, Nite Delht, Kal’s Dream, The Ball, Trip Top, The Mlai Hall, No Man’s
Land, The Chatedral, School’s Ut, dan Shark Close. Nama-nama titik
menyelam tersebut datang dari operator diving atau kadang dari penyelam
sendiri. Kadang satu lokasi memiliki dua atau tiga nama. Beberapa di antaranya
tidak diberi nama dan disimpan oleh operator diving untuk memberi kejutan bagi
para penyelam.
Selain tempat-tempat tersebut sebenarnya masih banyak tersebar titik meyelam yang masih terus dijelajahi olah para penyelam dan segera diberi nama. Jangan heran di sekitar perairannya akan Anda temui kapal-kapal yang datang dari Bali atau Taman Nasional Komodo untuk tinggal beberapa lama dan menjajal banyak titik menyelamnya. Saat di darat dan beristirahat selepas menyelam mengapa tidak meluangkan waktu sehari berkeliling mennikmati budaya Alor. Salah satunya adalah melihat langsung Al-Quran tua di Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut. Al-Quran tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara ini ditulis pada kulit kayu dengan pewarna alam dan masih utuh kelengkapan ayat dan suratnya meskipun beberapa bagian sudah terkoyak. Saat ini Al Quran tersebut disimpan oleh Nurdin Gogo yang menjadi generasi ke-15 keturunan Iang Gogo, yaitu salah satu penyebar agama Islam yang datang dari Ternate pada masa Sultan Baabullah (1570-1583) tetapi diperkirakan Al-Quran tua ini sudah ada sebelum masa pemerintahannya. Bagi Anda pendaki gunung dapat menjajal tempat yang masih perawan, yaitu Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-Koya di Pulau Alor. Beberapa gunung di Pulau Alor dan pulau sekitarnya perlu meminta izin dari kepala desa atau tetua adat, untuk itu pastikan hal ini dipenuhi dengan bantuan seorang pemandu berpengalaman. Hutan Nostalgia adalah tempat bagi Anda yang ingin menyimpan kenangan selepas menyambangi Alor.
Di sini Anda dapat menanam pohon dengan nama dan alamat yang dapat dilihat apabila suatu waktu datang kembali ke Alor. Sambangi beberapa desa tradisional di Alor seperti Takpala. Sebuah perkampungan tradisional di Alor meliputi 10 hingga 50 rumah yang berjajar mengelilingi sebuah tumpukan batu yang disebut misbah, yaitu batu bersusun sebagai pusat ritual pemujaan, simbol pemersatu sekaligus kekuatan spiritual suku. Sebagai kampung tradisional, Takpala memiliki 12 rumah adat dan merupakan tujuan wisata Alor yang telah ditata cukup baik. Memasuki kawasan Desa Takpala tidak dipungut retribusi tetapi untuk menyaksikan rangkaian tarian adat dan atraksinya maka ada biaya sebesar Rp 1 juta. Ini adalah harga yang sepadan dengan kesempatan melihat langsung beragam tarian paling terkenal dari suku terbesar di Alor. Selain itu, berfoto bersama tetua suku atau anak-anak mereka akan menjadi kenangan yang sangat berkesan dan dapat Anda dipamerkan kepada keluarga atau rekan-rekan sepulangnya nanti.
Selain tempat-tempat tersebut sebenarnya masih banyak tersebar titik meyelam yang masih terus dijelajahi olah para penyelam dan segera diberi nama. Jangan heran di sekitar perairannya akan Anda temui kapal-kapal yang datang dari Bali atau Taman Nasional Komodo untuk tinggal beberapa lama dan menjajal banyak titik menyelamnya. Saat di darat dan beristirahat selepas menyelam mengapa tidak meluangkan waktu sehari berkeliling mennikmati budaya Alor. Salah satunya adalah melihat langsung Al-Quran tua di Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut. Al-Quran tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara ini ditulis pada kulit kayu dengan pewarna alam dan masih utuh kelengkapan ayat dan suratnya meskipun beberapa bagian sudah terkoyak. Saat ini Al Quran tersebut disimpan oleh Nurdin Gogo yang menjadi generasi ke-15 keturunan Iang Gogo, yaitu salah satu penyebar agama Islam yang datang dari Ternate pada masa Sultan Baabullah (1570-1583) tetapi diperkirakan Al-Quran tua ini sudah ada sebelum masa pemerintahannya. Bagi Anda pendaki gunung dapat menjajal tempat yang masih perawan, yaitu Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-Koya di Pulau Alor. Beberapa gunung di Pulau Alor dan pulau sekitarnya perlu meminta izin dari kepala desa atau tetua adat, untuk itu pastikan hal ini dipenuhi dengan bantuan seorang pemandu berpengalaman. Hutan Nostalgia adalah tempat bagi Anda yang ingin menyimpan kenangan selepas menyambangi Alor.
Di sini Anda dapat menanam pohon dengan nama dan alamat yang dapat dilihat apabila suatu waktu datang kembali ke Alor. Sambangi beberapa desa tradisional di Alor seperti Takpala. Sebuah perkampungan tradisional di Alor meliputi 10 hingga 50 rumah yang berjajar mengelilingi sebuah tumpukan batu yang disebut misbah, yaitu batu bersusun sebagai pusat ritual pemujaan, simbol pemersatu sekaligus kekuatan spiritual suku. Sebagai kampung tradisional, Takpala memiliki 12 rumah adat dan merupakan tujuan wisata Alor yang telah ditata cukup baik. Memasuki kawasan Desa Takpala tidak dipungut retribusi tetapi untuk menyaksikan rangkaian tarian adat dan atraksinya maka ada biaya sebesar Rp 1 juta. Ini adalah harga yang sepadan dengan kesempatan melihat langsung beragam tarian paling terkenal dari suku terbesar di Alor. Selain itu, berfoto bersama tetua suku atau anak-anak mereka akan menjadi kenangan yang sangat berkesan dan dapat Anda dipamerkan kepada keluarga atau rekan-rekan sepulangnya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar