Selasa, 28 April 2015

KEINDAHAN GUNUNG KRINCI JAMBI

TINJAUAN

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia yang dikelilingi hutanTaman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai "Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi". Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan lebar 13 km dan panjang 23 km. Kawahnya seluas 600 meter berada di sisi timur laut puncak gunung dengan air berwarna kekuningan yang memukau.  Di kawasan gunung ini tumbuh beragam flora seperti pohon mahoni, bunga raflesia, suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Untuk fauna yang ada di dalamnya adalah tapir (Tapirus indicus), kus-kus (Tarsius bancanus), gajah, siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan juga ada sekira 140 jenis burung. Gunung Kerinci termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.  Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu selama dua hari. 
Untuk itu Anda sangat perlu persiapan cermat dan membawa perlengkapan pendakian. Selama pendakian dipastikan akan Anda temui berbagai hal menantang, mulai dari bentuk jalur pendakian, satwa penghuni hutan Gunung Kerinci, serta berbagai jenis pepohonan dan semak liar hijau. Pendakian ke puncak Gunung Kerinci akan memberi Anda sensasi dan pengalaman yang sulit diungkapkan kata-kata. Kicauan burung, suara binatang hutan, hingga merasakan segarnya air gunung membasahi dahaga saat pendakian.  Setibanya di puncak maka tidak ada yang bisa menandingi upah dari pendakian yang melelahkan yaitu sensasi kepuasan batin. Anda akan merasa sangat kecil di hadapan alam semesta ini dengan nuansa pepohonan lebat tinggi membenamkan rasa bahwa Bumi adalah rumah sejati Anda yang perlu dijaga.  Pemandangan luar biasa indah diatapi cakrawala membentang biru. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh, bahkan juga Samudera Hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.

TIPS

Apabila Anda ingin mencari rute yang cepat maka disarankan berangkat dari Padang. Selain dari Kersik Tuo bisa juga dicapai dari Lubuk Gadang dan Kayu Aro. Akan tetapi, rute Kersik Tua lebih umum dipakai para pendaki. Sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu berpengalaman yang sudah memahami lokasi pendakian. Penting untuk memperhatika perlengkapan dan perbelakan sleeping bag, tenda, jas hujan, jaket, sepatu hiking, perlengkapan memasak, makanan, dan perlengkapan obat. Selama pendakian sangat disarankan untuk tidak membawa makanan berbau amis karena dapat mengundang binatang liar mendekat ke arah Anda.

TRANSPORTASI

Pendakian menuju Gunung Kerinci dapat ditempuh dengan dua jalur. Pertama, rute Padang dengan bus umum jurusan Padang-Sungai Penuh kemudian turun di Desa Kersik Tuo. Kedua, Rute Jambi dengan bus ke Kota Muara Bungo dilanjutkan dengan mini bus sampai ke Sungai Penuh.  Anda dapat memanfaatkan jasa biro wisata dari Jambi dengan rute Jambi-Sungai Penuh yang membuka perjalanan Jambi – Sungai Penuh – Jambi atau Padang – Sungai Penuh – Padang.  Berikut ini beberapa biro wisata yang bisa Anda gunakan untuk menuju Sungai Penuh.

KEGIATAN

Pendakian ke puncak Gunung Kerinci memerlukan waktu dua hari melalui medan cukup berat. Apabila Anda ingin mendaki ke Gunung Kerinci maka wajib melapor sebelumnya ke Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai Penuh. Tentunya Anda juga perlu dengan cermat membawa perlengkapan pendakian dan persiapan fisik yang prima. Pendakian umumnya terdiri atas beberapa orang dalam satu tim dengan dibantu pemandu. Mereka yang ingin medaki juga dapat membayar jasa pengangkut barang atau porter dengan tarif yang sudah ditentukan. Pemandu bisa di Sungai Penuh atau Kersik Utara dan berperan membantu perizinan pendakian. Pendakian dimulai dari Pos Kersik Tuo di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro. Kemudian menuju pos penjagaan TNKS atau R10 dengan melewati perkebunan teh sekitar 45 menit. Di pos R10 semua pendaki akan didata untuk memastikan jumlah pendaki. Dari R10 menuju ke Pintu Rimba waktu tempuhnya sekira 1 jam perjalanan dengan jalur beraspal. 
Di sini Anda dapat menemukan endapan air yang berasal dari air hujan.  Pos selanjutnya adalah Pos Bangku Panjang berjarak sekitar 2 km dari pos sebelumnya. Jalurnya sedikit landai karena merupakan kawasan hutan heterogen. Di pos ini Ada dua buah shelter untuk beristirahat. Dari sini menuju pos Batu Lumut membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit.  Berikutnya menuju Pos 1 sekitar 1,5 jam sekitar 2 km dengan medan terjal kemiringan hingga 60 derajat. Di sini ada sebuah pondok untuk istirahat. Untuk menuju Pos 2 dibutuhkan waktu sekitar 2 jam menempuh jarak sekitar 3 km dengan medan landai, di sini juga ada sebuah pondok. Pos 3 berjarak sekitar 2 km, pendakian menuju pos ini memakan waktu sekitar 3 jam. Di Pos 3 Anda dapat mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakian esok harinya. Menuju Pos 4 memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km dan pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Gunung Kerinci.  Saat Anda tiba di puncaknya maka pastinya kepuasan batin akan menjadi pengalaman yang takan terlupakan. Saksikanlah bentangan pemandangan yang menakjubkan. Anda akan melihat kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh. Nampak pula Samudera Hindia yang membentang indah serta hamparan hutan yang luas dan perkebunan teh berwarna hijau.

Senin, 27 April 2015

Mendaki Puncak Gunung Merbabu Jawa Tengah




Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan,Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut. Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung. Puncak Gunung Merbabu terdiri atas dua puncak yaitu Puncak Saripyang terletak pada ketinggian 3.120 m dpl dan Puncak Kenteng Songodengan ketinggian 3.142 m dpl. Kedua puncak ini mempunyai panorama alam yang berbeda.
Untuk menuju ke puncak Gunung Merbabu ada 2 (dua) jalur utama; lewatSelo/Boyolali dan lewat Tekelan/Kopeng. Kedua jalur mempunyai medan perjalanan yang berbeda. Kalau kita lewat Selo jaraknya lebih jauh tapi mempunyai panorama yang indah. Pohon - pohon pinus di sepanjang jalan terasa menciptakan kenyamanan selama perjalanan dan bisa memandang lereng Gunung Merapi lebih dekat. Perjalanan lewat Tekelan/Kopeng jalurnya lebih landai tetapi karena erosi oleh aliran air hujan menyebabkan rute penjalanan menjadi dua yaitu jalur lama dan jalur baru. Kawasan di sekitar lereng Gunung Merbabu banyak di tanami oleh sayuran pada musim penghujan dan waktu musim kemarau ditanami tembakau. Kualitas tembakau di sini terkenal baik dan menjadi tumpuan penghasilan utama penduduk Selo. Hutan di lereng Gunung Merbabu banyak didominasi oleh pohon cemara dan akasia, dan dihuni oleh Kijang dan monyet.

JALUR SELO

Untuk mencapai Desa Selo yang merupakan desa terakhir yang di lalui oleh kendaraan umum, dari arah Solo kita naik bus jurusan ke Boyolali kemudian naik lagi menuju Selo (20 km) yang terletak pada ketinggian 1.460 m.dpl (lihat jalur pendakian Gunung Merapi lewat selo). Setelah sampai di Desa Selo kita turun di pasar kemudian berjalan menuju Pos Polisi yang terletak tidak jauh, sekitar 100 m. Jalan menuju kampung terakhir dimulai di depan Pos Polsek ini. Sebelum langsung mendaki mintalah ijin terlebih dahulu di Pos Polisi ini. Perjalanan kita mulai menuju ke kampung Tuk Pakis yang merupakan Kampung terakhir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Untuk tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung Jarakan (1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos Polisi. Dusun Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800 m.dpl, merupakan perkampungan kecil. Mata pencaharian sebagian besar penduduk dusun ini dengan bertani sayur-sayuran. Untuk persediaan air sebelum mendaki sebaiknya mengambil di kampung ini karena sumber air tidak kita temui lagi sepanjang pendakian ke puncak Gunung Merbabu. Setelah sampai di kampung ini kita bisa bermalam di rumah pak Soenarto atau dirumah Pak Prawiro (juru kunci Gunung Merbabu) dan meneruskan perjalanan pada pagi harinya atau malam hari. 


Dari rumah Pak Sunarto/Prawiro kita berjalan menuju ke arah batas ladang dan hutan yang tidak terlalu jauh. Dari batas hutan dan ladang perjalanan di teruskan di jalan setapak yang akan menemui banyak percabangan menuju ke atas tetapi jalanan akan bertemu di satu tempat yaitu di jalan pertigaan pertama. Dari pertigaan pertama kita menuju ke jalan yang lurus atau ke arah kanan sama saja, mulai akan bertemu di percabangan jalan. Dari percabangan kita ambil jalan ke arah kiri yang melewati sebuah bukit maka kita akan sampai diDok Jarakan (45 menit), lalu jalan ke arah kanan kita akan sampai di Dok Malang. Perjalanan dari Dok Jarakan ke Dok Malang di butuhkan waktu sekitar 30 menit. Dari Dok Malang, kita berjalan ke arah kiri sampai ketemu hutan yang agak lebat, belok ke arah kanan, menyusuri pinggiran jurang kita akan sampai dipertigaan Ampel. Kemudian perjalanan diteruskan menyusuri jalanan lurus, lalu ke arah kiri selama 1 jam kita akan sampai di Pos Gopa.,dan kita teruskan menuju ke Batu Gubuk. Dari Batu Gubuk diteruskan lagi menuju ke Sabana I. Dari Sabana I jalan mulai landai dan kita akan sampai di Sabana II, sebuah padang rumput yang letaknya dilereng Gunung Kukusan. Dari Sabana II kita langsung bisa menuju ke puncak Kenteng Songo (3.142 m.dpl). Dari Puncak kenteng Songo kita meneruskan perjalanan ke puncak Sarip (3.120 m.dpl). Total perjalanan dari Selo sampai ke puncak Gunung Merbabu membutuhkan waktu 7-8 jam dan turunnya 5 jam perjalanan.

JALUR KOPENG

Dari Jogjakarta kita menuju ke arah Magelang, kemudian di teruskan ke arah Salatiga, turun di Kopeng (15 Km). Di Kopeng terdapat hotel maupun losmen untuk menginap. Dari Kopeng perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tekelan (1.595 m dpl) selama 1 jam perjalanan, yang merupakan desa terakhir. Di desa ini hendaknya para pendaki melengkapi perbekalan dan mengambil air untuk pendakian. Dari Tekelan kita menuju ke Pos Bayangan (Pending), melewat kebun penduduk dan hutan pinus lalu diteruskan ke Pos Gumuk, perjalanan membutuhkan waktu 2,5 jam. Dari pos I diteruskan menuju ke pos II (Lempong Sampai) selama 0,5 jam. Setelah sampai di pos II jalan kita teruskan menyusuri hutan heterogen selama 1 jam akan menemui pos III ( Watu gubuk ) dengan ketinggian 2.400 mm dpl. Ditempat ini kita bisa menikmati pemandangan lebih leluasa karena tidak terhalang pepohonan. Dari Pos III berjalan selama 1 jam lagi kita akan sampai di Pos IV pada ketinggian 2.880 m dpl, dimana terdapat pemancar TVRI. 
Dari Pos IV perjalanan kita lanjutkan ke Pos V yang membutuhkan waktu selama 0,5 jam perjalanan. Setelah dari pos V kita menuju ke puncak Sarip (3.120 m dpl) selama 0,5 jam per jalanan. Puncak Sarip adalah puncak kedua setelah puncak Kenteng Songo. Perjalanan dari kopeng sampai ke puncak Gunung Merbabu memakan waktu sekitar 7 - 8 jam dan turunnya membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Sebaiknya sebelum mendaki ke Gunung Merbabu kita membawa peta topografi, karena kita akan menemui beberapa puncak, sehingga kita bisa mencocokkan di peta. Bila kita mendaki lewat jalur Selo akan menemui tempat wisata bersejarah yaitu Gua Raja yang terletak 100 meter dari Selo tepatnya di Dusun Jarakan. Tempat ini biasanya di pergunakan untuk kegiatan ritual masyarakat setempat. Musim pendakian biasanya pada bulan Mei - Agustus yang dapat mencapai 5.000 orang untuk setiap tahunnya. Untuk melakukan pendakian dari jalur Selo kita harus melapor terlebih dahulu ke POLSEK Selo yang terletak di jalan masuk kearah Gunung Merbabu. Bila kita mengalami keadaan darurat kita bisa langsung menghubungi ke kantor Polsek Selo dengan frekwensi 143.79 Mhz atau SAR lokal dengan frekwensi 148.10 MHz yang bertempat di Boyolali. Untuk jalur pendakian lewat Kopeng-Tekelan kita harus melapor ke posko Gunung Merbabu yang beralamat di Tekelan No. 96, Kopeng, Salatiga. Jalur utama pendakian ke Gunung Merbabu lewat Kopeng banyak terkikis erosi dan biasanya para pendaki lewat jalur alternatif yang di mulai dari pos bayangan, kita menuju arah ke kanan.

Minggu, 26 April 2015

Kesejukan Alam di Air Terjun Sendang Gile Lombok


Mengunjungi Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep, Anda akan menemui air terjun yang mengaliri tebing yang bertingat. Tak hanya itu udara yang sejuk dan pemandangan yang hijau nan alami akan menyambut Anda. Pulau Lombok memang memiliki pesona wisata alam yang mengagumkan, yang menyatu dengan ritme yang menenangkan. Di kaki Gunung Rinjani terdapat beberapa wisata air terjun yang cukup terkenal. Diantaranya adalah Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Kedua air terjun ini mengalir membentuk satu aliran. Hembusan kabutnya memenuhi sekitar lembah, dan akan terasa sejuk ketika Anda berada di dekatnya. Kedua air terjun ini  terletak di sisi sebelah Utara di kaki Gunung Rinjani. Yang juga merupakan bagian dari jalur pendakian. Secara administratif, Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep berada di Desa Senaru, sekitar 2,5 jam perjalanan dari Kota Mataram. Mengingat jaraknya yang cukup jauh, disarankan agar Anda menggunakan kendaran pribadi untuk mengunjungi wisata air terjun yang menakjubkan ini. Air Terjun Tiu Kelep berada diatas Air Terjun Sendang Gile. Aliran Air Terjun Sendang Gile sendiri mengalir melewati tebing setinggi 30 Meter. Tebing yang teraliri air tersebut bertingkat-tingkat, serta tertutup oleh dedaunan hijau dan tumuhan paku. Nah, aliran air terjun yang menyatu dan melewati tebing yang tertutup rerimbunan tersebut membuat area di sekitarnya tertutup kabut tipis. Sesekali Anda akan melihat lengkungan pelangi di dekat air terjun. Aliran air dari Air Terjun Tiu Kelep kemudian mengalir menuju ke Air Terjun Sendang Gile. Air Terjun Sendang Gile terletak cukup dekat dengan pintu masuk wisata alam Lombok ini. Anda cukup berjalan kaki sejauh 15 Menit saja. Karena letaknya yang dekat pintu masuk, Air Terjun Sendang Gile lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan. Bagi Anda yang tidak suka dengan medan yang terlalu berat, Air Terjun Sendang Gile merupakan pilihan yang tepat untuk Anda kunjungi. Di sepanjang jalan menuju ke kedua air terjun, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan hutan lindung yang lebat. Hutan ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Mayoritas flora yang tumbuh di area ini adalah tumbuhan tropis. Seperti Pohon Bajur (Pterocarpus sp.), Pohon Ipil (Insia biyuga), Pohon Sentul (Sondarium), dan Pohon Jati (Tektona grandis). Meskipun lebat dan rimbun, Anda tidak perlu khawatir akan tersesat. Karena jalan menuju Air Terjun Sendang Gile sangat jelas. Namun jika Anda ragu, Anda bisa meminta pemandu setempat untuk menunjukkan arah ke Air TerjunSendang Gile.
Jalan setapak menuju ke Air Terjun Sendang Gile mayoritas berupa anak tangga. Jalan ini cukup nyaman untuk Anda tempuh. Namun sesampainya di lokasi air terjun, Anda juga harus berhati-hati. Karena di sekitar air terjun terdapat banyak bebatuan yang besar. Jika Anda berdiri di tempat yang sedikit lebih tinggi, Anda bisa melihat aliran air yang memecah di bebatuan. Anda juga bisa duduk dan beristirahat di bebatuan tersebut, sembari menikmati pemandangan air terjun di depan Anda. Jika Anda merasa cukup dingin, Anda juga bisa ditemani dengan secangkir kopi yang bisa Anda peroleh di warung-warung di sekitar air terjun. Bagi Anda yang menyukai trek yang menantang, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Tiu Kelep. Untuk mencapainya, Anda harus berjalan kaki sejauh 45 Menit. Anda akan melewati sebuah tangga yang cukup curam. Setelahnya, Anda juga akan menyeberangi sungai yang cukup dangkal. Di sungai ini Anda akan merasakan kesejukan aliran air yang sangat bening. Anda juga akan menempuh jalan setapak, yang di sampingya terdapat sungai kecil dengan aliran air yang tenang. Cukup menyenangkan, bukan? Petualangan Anda akan menjadi sempurna ketika tiba di lokasi Air Terjun Tiu Kelep. Air terjun ini cukup tinggi, yaitu sekitar 45 Meter. Alirannya yang cukup besar dan deras menimbulkan deburan yang cukup besar pula. Jika Anda tidak ingin basah, sebaiknya Anda memakai jaket anti air Anda. Tak jauh dari situ, Anda bisa menyaksikan sebuah pohon besar yang tumbuh di permukaan tebing.
Menurut masyarakat setempat, nama Tiu Kelep diambil dari bahasa Suku Sasak yang berarti “Kolam Terbang”. Sedangkan nama Sendang Gile diambil dari legenda setempat. Legenda tersebut menceritakan seorang pangeran yang sedang dikejar oleh seekor singa gila. Kemudian pangeran tersebut bersembunyi di balik air terjun untuk menghindari kejaran singa. Akhirnya air terjun tersebut diberi nama Sendang Gile. Kedua air terjun ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, serta membuat tampak awet muda. Masyarakat setempat juga percaya bahwa aliran air terjun akan semakin besar jika orang-orang disekitarnya berbicara semakin keras. Suasana yang segar dan pemandangan yang indah ini akan membuat Anda betah berada di lokasi wisata Lombok. Namun pada perjalanan pulang, mampirlah sebentar ke Restoran Senaru. Restoran ini berada di ketinggian, sehingga Anda akan mendapatkan pemandangan yang berbeda sembari mencicipi hidangan khas Lombok. Di sini Anda akan disuguhkan dengan pemandangan hutan lindung yang lebat, serta tebing-tebing yang mengelilingi lokasi Air Terjun Sendang Gile dan Tiu KelepAlso mentioned: air terjun tiu kelep, air terjun tiu keleep, rute air terjun sendang gile dari mataram, lokasi Air terjun Tiu Kelep, aor terjun tiu kelep .

Sabtu, 25 April 2015

Keunikan & Keindahan Gunung Api Nglanggeran Yogyakarta



Roda selalu berputar, apabila dahulu kabupaten Gunungkidul hanya dikenal karena tanahnya yang gersang dan juga susahnya mendapatkan air, maka sekarang hal itu tak lagi terdengar beritanya.  Karena saat ini Gunung Kidul adalah bagian timur dan tenggara dari wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki kekayaan alam luar biasa, banyaknya masyarakat yang telah menuntut ilmu menggunakan daya serta upayanya guna memberdayakan keadaan alam dan perbukitan sekitar, baik dalam bidang ekonomi, sosial juga budaya. Salah satunya adalah dengan memberdayakan alam sebagai tempat wisata, baik itu yang berujud bukit pun pegunungan, serta laut, pantai dan peninggalan goanya.    Dan gunung api purba Nglanggeran adalah salah satu hasilnya. Nglanggeran adalah tempat wisata di Gunungkidul yang jaraknya dari pusat kota Yogyakarta tak terlalu jauh, yaitu di seputar Ngoro-oro, Kalisong, Patuk, Gunungkidul.

Perjalanan Menuju Gunung Api Nglanggeran

Nglanggeran merupakan bukit bebatuan yang ditengarai sebagai gunung api purba. Miliki ketinggian antara 200 sampai dengan 700m dpl, dengan suhu udara rata-rata  23˚ C – 27˚ C. Antara pusat kota Gunungkidul (Wonosari -red) dan juga pusat kota Yogyakarta, boleh dikatakan Nglanggeran ada di tengah-tengahnya, yaitu sama-sama memiliki jarak tempuh kurang-lebih 25 km. Apabila hendak bertandang ke Nglanggeran, dari arah Wonosari kita bisa melewati Bunderan Sambipitu, lalu belok kanan mengarah ke dusun Bobung/kerajinan Topeng, dan tak lama kemudian bisa mencapai Desa Nglanggeran. Namun apabila dari kota Jogjakarta, rute yang harus ditempuh adalah Jalan Wonosari – Piyungan – naik ke bukit Bintang Patuk – sesampainya di perempatan  Patuk (Radio GCD FM) pilih jalan yang belok kiri. Dari perempatan Patuk ini tinggal menempuh jarak kira-kira 7 KM, maka kita akan tiba di kawasan gunung api Purba, yaitu tak jauh dari lokasi stasiun-stasiun Transmisi. Untuk menuju kawasan ekowisata gunung Api Purba Nglanggeran, baik dari arah kota Yogyakarta maupun dari arah Wonosari, disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan sendiri. Disamping lebih hemat uang juga bisa lebih bisa mengatur waktu. Namun sekiranya hendak mengandalkan kendaraan umum, dari Wonosari naik saja kendaraan yang memiliki trayek ke kota Yogyakarta, sedangkan dari kota Jogja pilih saja bus jurusan Gunungkidul yang melewati bukit Patuk. Turun di perempatan Patuk, dan cari kendaraan (ojeg) yang menuju ke daerah Ngoro-oro & Nglanggeran.

Bisa Mendirikan Tenda dan Tersedia Homestay


Menjelang sampai di area gunung api Nglanggeran, kita sudah bisa menyaksikan gagahnya bebatuan yang menjulang tinggi, dan tak lama kemudian setibanya di pintu depan kita juga akan melihat sebuah pendopo.    Ada petugas jaga yang bisa kita minta informasi, pengalaman selama ini para petugasnya cukup helpfull & informatif. Selain bisa mengadakan acara pada malam hari dan lalu juga mendirikan tenda, tak jauh dari pendapa ada pula rumah-rumah penduduk yang sebagian diantaranya juga disewakan bagi pengunjung Nglanggeran. Jika melihat alamnya, nuansa yang tercipta dari rumah yang disewakan itu tentu saja adalah suasana pedesaan yang tak bisa dibandingkan dengan hotel berbintang di kota-kota besar.

Tradisi Masyarakat Nglanggeran

Menurut penelitian yang pernah dilakukan, ekowisata Gunung Api Nglangeran adalah kawasan wisata alam yang secara litologi disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alam yang memiliki keindahan. Sedangkan dari segi ilmu geologi , kawasan ini memiliki keunikan tersendiri sebab memiliki nilai ilmiah tinggi.     Oleh karenanya, dari banyaknya referensi yang ada, banyak peneliti menyepakati bahwa Gunung Nglanggeran merupakan gunung berapi Purba. Wujud bongkahan batu yang menjulang tinggi diperkirakan pada 60 juta tahun lampau merupakan gunung berapi aktif. Masyarakat seputar Nglanggeran juga masih selalu menjalankan ritual rutin tahunan, yaitu setiap bulan Haji  (bulan Dulhijah a.k.a wulan besar -red).Upacara ritual tiap tahun itu dikenal dengan tradisi rasulan, yang prosesinya juga mengadakan acara semacam ‘kirab budaya.’Seluruh warga berpartisipasi antara lain dengan cara menghadirkan kelompoknya untuk membuat gunungan berupa hasil pertaniannya lalu diarak menuju ke sumber air Kalisong (Pangkal Gunung Api Purba). Sesampainya di sumber air Kalisong, banyak kelompok masyarakat berkumpul dan kemudian menjalankan ritual yang intinya sebagai wujud rasa syukur, oleh karenanya dilakukan pula upacara do’a bersama. Selepas ritual rasulan usai, dipentaskan pula berbagai macam kesenian yang disuguhkan oleh masing-masing  kelompok masyarakat. Ritual kirab dan gelar kesenian ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu Legi atau hari Senin Legi .

Mendaki puncak Gunung Api Nglanggeran

Berdiri di atas pendopo Kalisong adalah bebatuan yang tinggi menjulang ke langit, ialah yang disebut sebagai gunung api purba Nglanggeran. Hasrat menyusuri dan mendaki bebatuan, menginjak tanah liat, dan merangkak pada tanah karang yang penuh liku sungguh menjadi tantangan namun menghibur hati. Jiwa-jiwa petualang tentulah merasa terpanggil untuk menelusurinya. Ada banyak pemandangan yang bisa dijumpai, entah tumbuhan dan pepohonan yang terlihat kasat mata, jenis bebatuan pun karang yang sangat memesona, ataupun keindahan alam yang memberikan kesejukannya. Memang ada rasa lelah dalam perjalanan mendaki, apalagi kalau mengetahui medan yang harus ditempuh yang wajib menyediakan fisik prima, namun semua itu akan bisa terobati saat kita telah sampai di ketinggian gunung api purba. Dari puncaknya kita akan bisa menikmati keindahan alam sekitar, termasuk lamat-lamat  bisa pula melihat deburan ombak laut selatan (samudera Hindia) dikejauhan. Selain itu ada pula beberapa keunikan yang bisa ditemui.

Keunikan Gunung Api Nglanggeran


Nglanggeran memiliki asal kata “Planggaran”  yang berarti setiap ada perilaku jahat pasti tertangkap dan ketahuan.  Selain itu, ada pula yang menuturkan bahwa Nglanggeran berasal dari kata Langgeng, yang memiliki definisi menjadi desa yang aman, nyaman dan tentram. Gunung yang ada di Kalisong ini memnag lebih dikenal dengan nama Gunung Nglanggeran, akan tetapi ada sebagian pula yang menjulukinya sebagai ‘gunung wayang’ alasannya karena gunung yang tersusun dari bebatuan ini ada yang menyerupai tokoh pewayangan, ditambah lagi ada kepercayaan adat Jawa yang menyatakan bahwa Gunung Nglanggeran juga dijaga oleh Kyi Ongko Wijoyo dan anggota Punokawan, yaitu Kyai Semar, Kyai Nolo Gareng, Kyai Petruk, dan Kyai Bagong.

§  Pohon Termas

Termas adalah jenis tanaman obat yang telah lama ditemukan oleh nenek moyang masyarakat sekitar Gunung Nglanggeran, yaitu dilokasi lereng Gunung Nglanggeran tepatnya berada di sebelah timur Sumber Kalisong. Berjarak kurang lebih 100 meter dari Sumber kalisong, pohon Termas hidup menempel di lereng-lereng Gunung Nglanggeran. Dan telah lama dipeercaya pula bahwa pohon termas ini memiliki khasiat menyembuhkan segala penyakit. Hanya saja tak sembarang orang bisa mengambil dan memanfaatkan getah dari tanaman berbentuk menjalar ini, kecuali sang juru kunci.

§  Tujuh Kepala keluarga

Berada di puncak Gunung Nglanggeran tersedia hal unik yang jarang bisa dijumpai pada tempat lain, dan  sampai saat ini keunikan itu tetap masih terjaga. Ialah satu area yang hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga saja. Sesuai sesepuh pepunden dusun Tlogo, ada salah satu lokasi di Nglanggeran yang hanya boleh dihuni oleh Mpu Pitu (kelompok 7 kepala keluarga), maka tradisi dan kepercayaan ini tetap dipatuhi dan dijaga secara turun temurun , karenanya ketika ada anggota keluarga baru yang telah menikah harus ada yang rela meninggalkan lokasi tersebut.

§  Arca Tanpa Kepala

Di sekitar Tlogo Mardidho, satu lokasi di gunung api purba Nglanggeran, terdapat arca tanpa kepala yang tubuhnya sampai saat ini masih tetap disimpan. Menurut cerita, pada masa lampau arca tersebut merupakan bentuk satu kesatuan utuh. Namun ketika arca tersebut dijauhi menyajikan senyuman, padahal ketika didekati kembali arca tersebut tetap mewujud sebagai arca biasa. Karena perilaku itulah maka Kyai Tir menjadi marah dan lalu menendangnya hingga terpisah antara kepala dan tubuhnya. Selanjutnya tubuh arca itu dibuang ke sebuah Song yang di kemudian hari Song tersebut bernama Song Putri. Sementara selang bertahun lamanya kepala arca ditemukan kembali oleh salah satu warga Nglanggeran yang bernama Kyai Kromo Suwito (Paimin), yaitu pada sekitar tahun 1961 dipekarangannya. Wujud kepala arca menyerupai Ken Dedes dengan kepala perunggu dan bibir berlapis emas. Saat ini kepala arca disimpan di Museum Sono Budoyo Yogyakarta sedangkan tubuhnya masih tersimpan di Kalisong Gunung Api Purba Nglanggeran.

§  Cerita Rakyat

Warga desa sekitar Gunung Nglanggeran banyak memiliki cerita rakyat dan juga cerita mitos yang masih diceritakan secara turun temurun, diantaranya adalah cerita mitos tentang tlogo wungu. Penduduk sekitar Nglanggeran meyakini bahwa Tlogo Wungu merupakan tempat pemandian para bidadari. Namun tak semua orang bisa melihat keberadaan tlogo gaib ini, hanya saja terdapat sebuah sumber bernama “sumber comberan” yang diyaqini menjadi muara mengalirnya air tlogo wungu.

§  Pantangan Kebudayaan

1. Tatkala ada perhelatan kesenian Wayang Kulit, posisi duduknya sang dalang dilarang membelakangi Gunung Nglanggeran.
2.      Laon dalam cerita wayang tidak boleh yang bersangkutan dengan Ongko Wijaya yang disakiti.
3.      Dialarang menggelar pertunjukan wayang kulit di zona bagian Utara Gunung Nglanggeran.

§  Kepercayaan Mistis

Masyarakat memercayai bahwa penguasa desa Nglanggeran, Kyai SOYONO, memilikiklangenan (binatang kesayangan) berujud Macan Putih. Macan Putih ini  dipercaya mampu menjaga dan mengamankan Nglanggeran dari berbagai macam kejahatan. Kepercayaan ini menguat setelah beberapa kali dibuktikan ikhwal selalu tertangkapnya orang yang bertindak jahat. Demikian mengenai ekowisata gunung api purba Nglanggeran, tempat yang bisa dinikmati dalam segala suasana, dimana golden moment tetap bisa ditemukan dalam waktu apa saja, baik pada masa tenggelamnya matahari (sunset), terbit matahari (sunres), ataupun pada tengah malam kala bintang dan bulan berhamburan di langit. Bahkan dikejauhan juga nampak indahnya Gunung Merapi, sementara tak jauh dari gunung api purba tersebut terdapat pula tempat wisata indah yang juga bisa dinikmati, yaitu Embung Nglanggeran. Apabila berkeinginan mengunjungi tempat wisata ini, selain disarankan untuk menyiapkan tenaga, juga akan lebih nyaman apabila melengkapi perjalanan dengan menambahkan alat secukupnya, seperti lampu penerang (senter) dan juga  sepatu pun sandal yang mendukung dalam pendakian

Kamis, 23 April 2015

Mendaki Puncak Kawah Raksasa GUNUNG TAMBORA di Sumbawa Indonesia


TINJAUAN

Gunung Tambora berlokasi di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat di antara Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan hingga barat laut) dan Kabupaten Bima (lereng sisi selatan hingga barat laut dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara). Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu:Tambora Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Hunting Park seluas 30.000 hektar. Kawasan Gunung Tambora berwarna coklat diselimuti hutan lindung lebat. Perhatikan bagaimana perbedaan kontras kawasan gunung ini dengan alam sekitarnya. Sebelum meletus pada April 1815, Gunung Tambora (Tomboro) adalah gunung api aktif tertinggi kedua setelah Puncak Jaya (Carstensz Piramid 4884 m dpl) di Papua. Awalnya Gunung Tambora memiliki ketinggian 4.300 m dpl tetapi setelah letusan dahsyat, separuh puncak gunungnya ambruk dan menyisakan ketinggian 2.851 m dpl dengan kaldera seluas 7 km, keliling 16 km, serta jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter. Peneliti gunung dunia menjuluki Tambora sebagai “The Greatest Crater in Indonesia” atau gunung api dengan kawah terbesar di Indonesia. Gunung Tambora juga telah menarik minat studi arkeologi dan biologi dari berbagai penjuru dunia. Gunung Tambora mendominasi semenanjung utara Pulau Sumbawa seakan ingin menunjukan kepada siapa pun bagaimana dahsyat letusannya pada April 1815, lebih awal dari letusan Gunung Krakatau (1883). 
Saat Gunung Tambora bererupsi diyakini tiga kerajaan kecil di Pulau Sumbawa telah punah tak bersisa. Pada 2004, penggalian arkeologi menemukan sisa kebudayaan yang terkubur akibat letusan Tambora di kedalaman 3 meter dengan posisi sama ketika terjadi letusan sehingga temuan itu sering disebut sebagai Pompeii dari timur. Sebuah catatan dari laman Wall Street Journal, Sabtu 24 April 2010, mengutarakan bahwa letusan Gunung Tambora di Sumbawa Indonesia pada 5 April 1815 sore adalah bencana yang memengaruhi dunia saat itu. Letusannya saat itu mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil dan berikutnya mengganggu pandangan ke langit karena kabut dan mengakibatkan gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Kata ‘tambora’ menurut cerita rakyat berasal dari kata lakambore (bahasa Bima) yang artinya ‘mau kemana?’. Ada pula yang menyebutnya berasal dari dua kata yaitu ‘ta’  yang berarti mengajak dan ‘mbora’ yang artinya menghilang, kemudian maknanya diartikan sebagai ‘mengajak menghilang’. Saat Tambora meletus, ia memuntahkan lelehan lava panas dengan batu berterbangan ke langit bersama gas mematikan yang telah menewaskan sekira 17.000 orang. Itu baru mulanya saja, berikutnya 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil tegak lurus ke strastofer. Kondisi itu telah mengubah siang hari menjadi gelap gulita. 
Debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya. Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris. Letusan Gunung Tambora saat itu telah mengakibatkan karena gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia dimana berikutnya berdampak pada kekurangan makanan bahkan memicu kerusuhan di Perancis. Selain bisa menikmati terbitnya Matahari yang menakjubkan dari puncak Gunung Tambora, Anda dapat menikmati suasana alami yang masih banyak dihuni beragam hewan terutama rusa. Ada pula babi hutan, sapi liar, kerbau, monyet, landak, biawak, musang, kura-kura. Ada juga berbagai jenis burung seperti kakaktua kepala putih, nuri merah, ayam hutan, elang, dan gagak.

KEGIATAN

Pendakian ke Gunung Tambora rata-rata diperlukan waktu selama 3 hari 2 malam melalui hutan lindung. Sangat penting bagi Anda dan tim untuk betul-betul melakukan persiapan beberapa minggu sebelumnya demi mengurangi resiko selama pendakian ke Tambora. Ketika Anda berdiri di puncak Gunung Tambora maka akan mendapati pemandangan kawah, padang pasir, samudera lautan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Kelelahan dan perjuangan berhari-hari untuk menuju puncak hanya dapat diutarakan dengan kepuasan batin individu yang membenamkan pengalaman yang amat berarti seumur hidup. Sebuah kelas alam untuk memahami diri akan Anda peroleh dengan mendaki ke Tambora. Ada bukit kecil tandus menjulang di sisi barat kawah Tambora dimana itulah puncak Tambora saat letusan pada 1815. Pada zona puncak ini permukaan tanahnya ditutupi kerikil dan Anda perlu waspada agar tidak terpeleset. Di pucuk bukitnya ada pula  tonggak batu setinggi setengah meter sebagai tanda ketinggian 2.722 m dari Gunung Tambora saat ini. Anda dapat arahkan pandangan dengan leluasa dari sini dimana selain kawah di sebelah timurnya, terlihat pula  pucuk Gunung Rinjani yang menyembul ditutupi selaput awan. Dari puncak Tambora terlihat Pulau Satonda yang indah dan unik karena terdapat danau jernih dikelilingi tebing-tebing perbukitan. Di Danau Satonda berdiam berbagai jenis ikan yang hanya ada di danau tersebut. Pulau Satonda juga menjadi habitat sejumlah jenis burung yang dilindungi. 


TIPS

Waktu tepat mendaki Tambora adalah antara Juli dan Agustus karena saat itu cuaca cukup baik untuk pendakian. Melakukan pendakian ke Gunung Tambora disarankan melalui jalur resmi, yaitu melewati Dusun Pancasila yang relatif lebih aman. Anda dapat menggunakan kendaraan dari Cabang Banggo (Mbanggo) di Kabupaten Sanggar dengan jarak tempuh sekira 2  jam lebih. Berikutnya dapat menginap dibasecamp milik Bapak Lewah (Terakhir Kepala Dusun Pancasila) atau menginap di rumah Bapak M Yusuf (Babe) yaitu seorang guide pendakian ke Gunung Tambora. Lanjutkan perjalanan dari Dusun Pancasila menuju ke Pos I selama 1 jam dimana di Pos I terdapat sebuah pondokan yang menyediakan sumur jernih untuk bekal air. Dari Pos I menuju ke Pos II dapat di tempuh selama 1 jam. Berikutnya dari Pos II melanjutkan perjalanan ke Pos III melalui hutan lebat selama 3 jam. Di Pos III manfaatkan untuk mengambil air sebagai bekal perjalanan selanjutnya. Dari Pos III menuju ke Pos IV ditempuh selama 1 jam, kemudian dari Pos IV menuju ke Pos V ditempuh selama 30 menit. Dari Pos V menuju ke bibir kawah Tambora dapat ditempuh selama 2 jam. Dari sinilah akan Anda dapati vegetasi bunga edelweiss membentuk barisan dengan letaknya masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Anda diharapkan tidak mengambil bunga ini untuk dibawa pulang karena dilindungi. Perlu diperhatikan jalan masuk melalui hutan lindung saat hujan banyak didapati lintah jadi kenakan perlengkapan hiking yang tepat.